Setiap pagi saat matahari mulai menyapa kota, seorang ibu memulai harinya menyusuri jalanan. Tangannya yang kasar memungut botol plastik, kardus basah, dan sisa-sisa yang tak lagi dipandang orang.
Bagi banyak orang, itu hanya sampah. Tapi bagi ibu ini, itu adalah harapan. Harapan untuk hidup. Harapan untuk tetap bisa mendapatkan rupiah, demi memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tidak hanya untuknya tapi untuk ibunya yang sudah renta, yang menunggu di rumah kontrakan kecil di ujung gang sempit.
Dia adalah Bu Armaini. Berusia 58 tahun, tinggal di sudut kota Pekanbaru provinsi Riau.
Aktiftasnya sehari-hari sebagai pemulung untuk memenuhi kebutuhan hidupnya bersama orang tua nya (ibu) yang selalu membantu dirumah membersihkan botol rongsokan sebelum dijual kembali.
Aktifitasnya sehari hari tidaklah mudah, namun tidak ada kata menyerah, tak ada gaji tetap, tak ada jaminan hari esok. tapi yang ada hanya cinta yang tak pernah habis.
Setiap langkahnya adalah doa, ia harus bertarung dengan rutinitas yang tidak mudah, ibu nya yang selalu menunggu dirumah adalah penyemangat agar ia bisa pulang dikala sore dengan membawa banyak barang rongsokan.
Di siang hari yang terik, saat sebagian dari kita mengeluh tentang pekerjaan kantor, ia sedang memungut sampah dengan peluh yang menetes diwajahnya yang terlihat begitu lelah.
sore harinya, ia pulang dengan karung berat di punggung dan senyum kecil ketika melihat ibunya menunggu di depan rumah kontrakan kecil mereka.
Tidak kemewahan yang ia inginkan, hanya ingin melewati hari-hari mereka lebih baik dari hari ini. Satu botol bekas baginya bisa berarti sebagai sumber rupiah yang ia kumpulkan.
Ini bukan cerita tentang kemiskinan. Ini adalah kisah tentang cinta, keteguhan, dan harapan. Kisah yang seharusnya mengetuk hati kita.
#OrangBaik, Mari salurkan bantuan secara mudah dengan cara :
*Semoga berkenan untuk SHARE / SEBARKAN informasi ini kepada saudara, rekan dan teman teman anda di sosial media. semoga menjadi amal jariyah.
Belum ada Fundraiser